Sudahkah selama ini, suami menjadi sahabat sejati bagi isterinya? Sementara suami hanya terus berharap bahkan memaksa isteri menjadi sahabat sejati baginya. Inilah bekal anda mencoba jadi sahabat sejati isteri anda. Jangan tidak dicoba. Pertama: Pergauli istri dengan cara yang ma’ruf. “Dan bergaullah mereka dengan secara ma’ruf” (QS. an-Nisa 19)
Ketika aqad nikah telah ditunaikan, maka persahabatan suami isteri dilakukan secara sempurna. Di antara perlakuan persahabatan itu nampak ketika suami menggauli isterinya (jima’) dengan cara yang ma’ruf.
Kedua: Nafkahi sesuai kemampuanmu. “Hendaklah orang-orang mampu memberikan nafkah menurut kemampuanya, Barang siapa yang sempit (sedikit rizkinya) hendaklah memberikan nafkah menurut yang diberikan Allah kepadanya” (QS. ath Thalaq 7)
Rasulullah Saw bersabda :“Hak isteri pada suami adalah memberi makan kepada isterinya, apabila ia makan, memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian, tidak memukul pada muka dan tidak berbuat jelek serta tidak memisahkan diri kecuali dari tempat tidur” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majjah)
Menjadi sahabat yang baik bagi isteri tidak bisa dilakukan hanya dengan menuntut hak suami dipenuhi oleh isteri. Tapi kewajibannya sebagai suami yang merupakan hak isteri yang juga harus ia tunaikan. Diantara kewajiban asasi bagi suami kepada isterinya adalah memberi nafkah.
Maka menjadi sebuah kepastian seorang suami memiliki penghasilan dan atau pekerjaan. Bisa penghasilan yang didapatkan dari dia bekerja ataupun penghasilan yang didapatnya bukan dari bekerja.
Ketiga: Pimpin, didik dan bimbing dengan bijak.Menjadi pemimpin tidak secara otomatis menjadi orang yang selalu dipuja dan dipuji. Justru ketika kita menjadi pemimpin selalu berharap dihormati, maka kita akan merasa terpenjara dengan rasa hormat itu.
Atau ketika kehormatan itu tidak jua datang, kita akan kecewa dan sakit hati, akhirnya menyalahkan orang yang tidak menghormati kita. Maka kehormatan itu akan datang dengan sendirinya, jikalau suami bijak dalam memimpin rumah tangga.
Bagaimana kita mendapat kehormatan dari orang yang kita pimpin, jikalau kita memimpin dengan cara yang tidak bijak, diktator ataupun posesif ? Menjadi pemimpin di rumah tangga artinya suami menjadi pendidik dan pembimbing bagi isterinya. Kita bisa memelihara diri kita, isteri kita dan keluarga kita dari melakukan perbuatan yang melanggar syariat Allah.
Firman Allah SWT:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. at-Tahrim 6)
Keempat: Jangan undang kecemburuannya. Cemburu itu ibarat sekam yang menunggu peniupnya agar menjadi sebuah api yang menyala. Maka jangan sekalipun suami coba untuk menghidupkannya, sebab sekecil apapun “tiupan” api cemburu, akan membawa dampak rusaknya persahabatan suami-isteri yang selama ini ia jalin.
Dan jika tidak ada kesadaran dari suami untuk mengakhiri rasa cemburu isteri, itu artinya suami jadi orang pertama yang merusak cinta dan persahabatan tulus. Maka, jikalau suami tidak mau menaruh rasa cemburu kepada isteri, maka hendaknya suami jangan memulainya dengan mengundang kecemburuan isteri.
Kepada seorang isteri seharusnya suami berlaku baik, bertutur kata yang sopan, lemah lembut serta tidak menunjukkan kecenderungannya pada wanita lain. Sebab yang demikian itu, lebih bisa menumbuhkan keteduhan jiwa, ketenangan batin dan tak lupa lebih mempererat persahabatan sejati antara suami-isteri.
Ketika aqad nikah telah ditunaikan, maka persahabatan suami isteri dilakukan secara sempurna. Di antara perlakuan persahabatan itu nampak ketika suami menggauli isterinya (jima’) dengan cara yang ma’ruf.
Kedua: Nafkahi sesuai kemampuanmu. “Hendaklah orang-orang mampu memberikan nafkah menurut kemampuanya, Barang siapa yang sempit (sedikit rizkinya) hendaklah memberikan nafkah menurut yang diberikan Allah kepadanya” (QS. ath Thalaq 7)
Rasulullah Saw bersabda :“Hak isteri pada suami adalah memberi makan kepada isterinya, apabila ia makan, memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian, tidak memukul pada muka dan tidak berbuat jelek serta tidak memisahkan diri kecuali dari tempat tidur” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majjah)
Menjadi sahabat yang baik bagi isteri tidak bisa dilakukan hanya dengan menuntut hak suami dipenuhi oleh isteri. Tapi kewajibannya sebagai suami yang merupakan hak isteri yang juga harus ia tunaikan. Diantara kewajiban asasi bagi suami kepada isterinya adalah memberi nafkah.
Maka menjadi sebuah kepastian seorang suami memiliki penghasilan dan atau pekerjaan. Bisa penghasilan yang didapatkan dari dia bekerja ataupun penghasilan yang didapatnya bukan dari bekerja.
Ketiga: Pimpin, didik dan bimbing dengan bijak.Menjadi pemimpin tidak secara otomatis menjadi orang yang selalu dipuja dan dipuji. Justru ketika kita menjadi pemimpin selalu berharap dihormati, maka kita akan merasa terpenjara dengan rasa hormat itu.
Atau ketika kehormatan itu tidak jua datang, kita akan kecewa dan sakit hati, akhirnya menyalahkan orang yang tidak menghormati kita. Maka kehormatan itu akan datang dengan sendirinya, jikalau suami bijak dalam memimpin rumah tangga.
Bagaimana kita mendapat kehormatan dari orang yang kita pimpin, jikalau kita memimpin dengan cara yang tidak bijak, diktator ataupun posesif ? Menjadi pemimpin di rumah tangga artinya suami menjadi pendidik dan pembimbing bagi isterinya. Kita bisa memelihara diri kita, isteri kita dan keluarga kita dari melakukan perbuatan yang melanggar syariat Allah.
Firman Allah SWT:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. at-Tahrim 6)
Keempat: Jangan undang kecemburuannya. Cemburu itu ibarat sekam yang menunggu peniupnya agar menjadi sebuah api yang menyala. Maka jangan sekalipun suami coba untuk menghidupkannya, sebab sekecil apapun “tiupan” api cemburu, akan membawa dampak rusaknya persahabatan suami-isteri yang selama ini ia jalin.
Dan jika tidak ada kesadaran dari suami untuk mengakhiri rasa cemburu isteri, itu artinya suami jadi orang pertama yang merusak cinta dan persahabatan tulus. Maka, jikalau suami tidak mau menaruh rasa cemburu kepada isteri, maka hendaknya suami jangan memulainya dengan mengundang kecemburuan isteri.
Kepada seorang isteri seharusnya suami berlaku baik, bertutur kata yang sopan, lemah lembut serta tidak menunjukkan kecenderungannya pada wanita lain. Sebab yang demikian itu, lebih bisa menumbuhkan keteduhan jiwa, ketenangan batin dan tak lupa lebih mempererat persahabatan sejati antara suami-isteri.
Pujian yang kita berikan kepada wanita lain selain isteri kita, secara tidak sengaja kita telah merendahkan kedudukan isteri kita sendiri. Mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah dari isteri kita. Ingat, kemulyaan seseorang bukan ditunjukkan oleh harta, kecantikan, bukan pula keturunan. Akan tetapi ukurannya hanya satu yakni ketakwaan kepada Allah.
Hanya dengan memilih isteri karena agamanya (baca : sholihah) kita bisa selamat dan menyelamatkan keluarga kita nantinya. Hanya isteri yang sholehah yang pantas jadi sahabat sejati bagi suami yang sholih membentuk rumah tangga full ridhlo Allah. Wallahu’alam bis showab
0 Komentar