Berpasang-pasangan

Sahabat, sejak kecil hingga memasuki gerbang kehidupan berumah tangga, kita menjadi amanah di tangan orangtua kita masing-masing. Kita semua dibesarkan, dididik, disekolahkan dan seterusnya hingga sekarang ini.

Kita semua diantarkannya memasuki pintu gerbang pernikahan. Kasih sayang orangtua kepada kita semua ternyata melebihi kasih sayang mereka kepada diri mereka sendiri. Jika saatnya tiba memasuki gerbang pernikahan, tibalah giliran mereka, para orangtua kita menyerahkan amanah itu kepada kita dan pasangan (yang akhirnya menjadi suami istri).

Mengapa setiap mahluk yang Allah ciptakan melakukan perkawinan (pernikahan)? Para ahli menjelaskan, karena ada sesuatu dalam diri setiap mahluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini. Sesuatu itu adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual.

Sepasang burung berkicau dan bercumbu sambil merangkai sarangnya. Bunga yang bermekaran dengan indahnya merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke bunga yang lain, supaya dibuahi. Begitulah indahnya kehidupan yang dijalani oleh mereka.

Tidak hanya tumbuh-tumbuhan dan binatang saja, bahkan atom yang positip dan negatif, saling tarik menarik demi memelihara eksistensinya. Demikianlah naluri mahluk, masing-masing memiliki pasangan dan berupaya untuk bertemu dengan pasangannya.

Agaknya tidak ada satu naluri yang lebih dalam dan lebih kuat dorongannya melebihi dorongan naluri pertemuan dua lawan jenis. Jantan dan betina, positif dan negatif bahkan pria dan wanita dalam sebuah pernikahan.

Itulah ciptaan Allah SWT dan itulah peraturan-Nya. “Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS Yasin: 36)

Posting Komentar

0 Komentar